Rendahnya Tingkat Literasi Nasional Harus Jadi Perhatian Bersama
Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, saat kunjungan kerja reses Komisi X DPR RI ke Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/07/2025). Foto: Singgih/vel
PARLEMENTARIA, Semarang - Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menyoroti rendahnya tingkat literasi nasional yang dinilai masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi bangsa. Hal ini disampaikannya saat kunjungan kerja reses Komisi X DPR RI ke Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/07/2025).
Menurut Fikri, persoalan literasi harus menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, hingga masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa Komisi X DPR RI telah melakukan langkah konkret melalui Panitia Kerja (Panja) Peningkatan Literasi dan Tenaga Perpustakaan.
“Sudah ada kajian, buku, dan rekomendasinya. Tapi tantangannya adalah bagaimana konsistensi eksekusinya. Kadang pemerintahan berganti, tapi tidak ada yang melanjutkan,” jelasnya.
Data terbaru dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal literasi. “Pada survei tahun 2022, Indonesia berada di peringkat 70 dari 80 negara. Tahun 2023 naik ke peringkat 60, tapi itu belum cukup. Literasi, numerasi, dan literasi sains kita masih rendah,” tegasnya.
Fikri menambahkan, meski survei OECD hanya menyasar kelompok usia 15 tahun, hasil tersebut tetap menjadi cermin penting untuk mengevaluasi kualitas pendidikan dan kemampuan dasar siswa di Indonesia. “Ini bukan gambaran seluruh masyarakat, tapi indikator kuat untuk pembenahan ke depan,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Fikri juga mendapat laporan bahwa kondisi literasi di Jawa Tengah yang dianggap sebagai miniatur Indonesia masih mengkhawatirkan. “Ini menjadi peringatan. Walau lembaga dan pejabat sudah terbentuk, tantangannya sekarang adalah bagaimana sinergi antara semua unsur untuk benar-benar meningkatkan literasi,” katanya.
Fikri mendorong agar kolaborasi lintas sektor ditingkatkan. Menurutnya, literasi bukan semata soal membaca, tetapi juga memahami, menganalisis, hingga mencipta. “Literasi adalah fondasi penting untuk kemajuan bangsa. Tidak bisa hanya diserahkan ke satu lembaga, ini harus jadi konsentrasi kita bersama,” tutupnya. (skr/aha)